SEJARAH PENDIRI DAN BERDIRINYA NAHDLATUL WATHAN
Kelahiran dan Keluarga TGKH. M.
Zainuddin Abdul Madjid
Al
Maghfurulahu Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid dilahirkan di
kampung Bermi Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul
Awal 1316 H (1898 M) dari perkawinan TGH.Abdul Madjid dengan Hj.
Halimatus Sa’diyah. Nama kecil beliau Muhammad Syaggaf, nama
ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati
yakni 3 (tiga) hari sebelum beliau dilahirkan.
TGH.
Abdul Madjid didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan
Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni
“Syaqqaf”. Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya
anaknya yang akan lahir itu diberi nama “Syaqqaf” Syaqqaf artinya “tukang
memperbaiki atap”, Kata “Syaqqaf” di Indonesiakan menjadi “Saggaf” dan untuk
dialek Bahasa Sasak menjadi “Segep”. Itulah sebabnya beliau sering dipanggil
dengan “Gep” oleh Ibunda Hajjah Halimatus Sa’diyah.
Setelah
menunaikan ibadah haji, nama kecil tersebut diganti dengan “Haji Muhammad
Zainuddin”. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari
nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram. Akhlak dan
kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu
Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.
Maulana
Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu. Kakak
kandung beliau lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah
Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah.
Ayahandanya
TGH. Abdul Madjid terkenal dengan penggilan “Guru Mu’minah” adalah seorang
muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan
kaum penjajah, sedangkan ibundanya Hajjah Halimatus Sa’diyah terkenal sangat
salehah.
Sejak
kecil Al-mukarram Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila
ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu
besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Makkah untuk melanjutkan
studi, ayah Bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci.
Ayahandanyalah
yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjidil Haram dan
sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan
ibundanya Hajjah Halimatus Sa’diyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan
mengasuh beliau sampai ibundanya tercintanya itu berpulang ke rahmatullah
tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.
Dengan
demikian tampaklah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikan
beliau. Hal ini juga tercermin dari sikap ibundanya bahwa setiap kali beliau
berangkat untuk menuntut ilmu, ibundanya selalu mendo’akan dengan ucapan “Mudah
mudahan engkau mendapat ilmu yang barakah” sambil berjabat tangan serta terus
memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata.
Pernah
suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibundanya. Beliau sudah jauh berjalan
sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya. Sang ibu memanggil beliau
untuk kembali Beliau pun kembali. Lalu sang ibu mendoakan kemudian beliau
berangkat. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran
ibundanya akan penting dan mustajabnya do’a ibu untuk sang anak sebagaimana
ditegaskan dalam hadits Rasullah SAW, bahwa do’a ibu menduduki rangking kedua
setelah doa Rasul.
Pujian dari Guru-Gurunya
Tentang
kerajinan, ketekunan, kecerdasan dan keberhasilan perjuangan Al Maghfurulahu
Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat pujian,
sanjungan, dan komentar dari para maha guru beliau, teman seangkatan beliau,
dan Ulama’-Ulama’ besar lainnya serta pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh
masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut :
Syaikh
Zakari Abdul Bila, Ulama Besar Kota Suci Makkah teman seangkatan beliau
mengatakan, “Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin. Saya bergaul dekat
dengannya beberapa tahun. Saya sangat kagum kepadanya. Dia sangat cerdas,
akhlaknya mulia
Dia
sangat tekun belajar, sampai sampai jam istirahatpun diisinya dengan menekuni
kitab-kitab dan berdiskusi dengan kawan-kawan. Syaikh Zainuddin adalah
saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan
saya tidak pernah menang dalam berprestasi di kala dia dan saya bersama-sama
dalam satu kelas di Madrasah Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan
hal itu.
Syaikh
Zainuddin adalah manusia ajaib dikelasku karena kegeniusannya yang sangat
tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ mujahid. Dia berjuang untuk kejayaan
agama, nusa dan bangsanya. saya tahu telah beberapa banyak otak manusia yang
diukirnya, telah berapa banyak kader-kader penerus agama, nusa dan bangsa yang
dihasilkannya.
Saya
tahu dia mukhlis (orang ikhlas) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di
negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Kelebihannya selain yang
disebutkan bahwa dia selalu mendapatkan do’a dari Ulama’-Ulama’ besar di Tanah
Suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulana Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath.
Pujian
Syaikh Zakaria Abdullah Bila tersebut dikuatkan lagi oleh maha guru yang paling
dicintai dan paling banyak mendo’akan dan memberikan inspirasi dalam perjuangan
beliau, yaitu Maulanasysyaikh Hasan Muhammad Al Masysyath dengan ucapan “Saya
tidak akan berdoa kehadirat Allah SWT. kecuali kalau Zainuddin itu sudah nampak
jelas bersamaku”. Beliau juga mengatakan bahwa beliau menyayangi setiap orang
yang sayang kepada Syaikh Zainuddin dan tidak menyayangi setiap orang yang
tidak sayang kepada beliau. Selanjutnya beliau menegaskan bahwa Syaikh
Zainuddin adalah ayatun min ayatillah (satu tanda kebesaran Allah SWT).
Mahaguru
beliau Al Allamah Asy Syaikh Salim Rahmatullah, Mudir (direktur) Madrasah
Shaulatiyah menegaskan “Madrasah Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak,
cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti
Zainuddin”.
Al
Allamah Al Adib Asy Syaikh As Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi juga maha guru
beliau memberikan pujian dalam syair berbahasa arab, yaitu :
Artinya
:
Demi
Allah saya kagum pada Zainuddin
Kagum
pada kelebihannya atas orang lain
Pada
kebesarannya yang tinggi
Dan
kecerdasannya yang tiada tertandingi
Jasanya
bersih ibarat sebuah permata
Menunjukkan
kebersihan ayah bundanya
Karya-karya
tulisnya indah lagi menawan
Penaka
bunga-bungaan
Yang
tumbuh teratur dilereng pegunungan
Dilapangan
ilmu ia dirikan Ma’had
Tetap
dibanjiri thullab dan thalibat
Menuntut
ilmu mengkaji kitab
Ia
kobarkan semangat generasi muda
Menggapai
mustawa dengan karyanya
Mi’rajushshibyan
ila sama”i ‘ilmilbayan
Semogalah
Allah memanjangkan usianya
Dan
dengan perantaraannya
ia
memajukan ilmu pengetahuan
di
Ampenan bumi Selaparang
Terkirimlah
salam penghormatn
Harum
semerbk bagaikan kasturi
Dari
Tanah Suci Manuju ‘Rinjani”
Syaikh
Ismail Zain Al Yamani Al Makki, seorang ulama’ besar Kota Suci Makkah Al Mukarramah
sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan
keberhasilan perjuangan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar Kota
Suci itu mengatakan bahwa beliau menyayangi siapa saja yang disayangi Syaikh
Zainuddin dan tidak menyayangi siapa saja yang tidak disayangi beliau.
Fadlilatul
‘Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad ‘Alawi ‘Abbas Al Maliki Al Makki,
seorang ulama’ besar Kota Suci Makkah pernah mengatakan bahwa tidak ada
seorangpun ahli ilmu di kota Suci Makkah Al Mukarramah baik thullab maupun
ulama’ yang tidak kenal akan kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin.
Syaikh Zainuddin adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia
tetapi juga milik ummat Islam sedunia.
Prof.
Dr. Abdul Wahhab Ibrahim Abu Sulaiman Guru Besar universitas Ummul Quro Makkah
menegaskan bahwa Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah
ulama’ yang ahli dalam semua bidang ilmu keislaman serta memiliki kelebihan
atas Ulama’-Ulama’ lainnya dan beliau adalah sisa ulama’ salaf yang saleh
(Baqiyyatussa-lafishshalih).
H.
Alamsyah Ratu Perwiranegara dalam kapasitas sebagai Menteri Agama RI mengatakan
bahwa andaikata bukan karena usaha NWDI, wajah masyarakat Lombok tidak seperti
yang kita lihat sekarang ini, tetapi masih hidup dalam nilai-nilai jahiliyah.
Dr.
H. Haryono Suyono Matan Kepala BKKBN Pusat / Menteri Negara Kependudukan
menegaskan bahwa NW bukan saja singkatan dari Nahdlatul Wathan tetapi juga
singkatan dari “Nomor Wahid” karena kepeloporan dan keberhasilannya dalam
meningkatkan kesejahteraan ummat dan menyukseskan Gerakan KB Nasional.
Sesudah
berita kewafatan Al Mukarram maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid tersiar, mengalirlah pujian dan komentar dari berbagai kalangan, antara
lain :
Drs.
H. Warsito, SH. Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat merasa kehilangan yang
cukup mendalam dengan wafatnya Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid yang memiliki kharisma yang cukup tinggi di mata
masyarakat, “Kami dan umat Islam tidak saja di NTB juga di luar daerah
bahkan mungkin umat Islam di luar negeri sungguh merasa kehilangan”.
H.
M. Sadir, SIP mantan Bupati Lombok Timur mengatakan bahwa kepergian Al Mukarram
Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mengundang rasa iba dan
kehilangan tidak saja dirasakan oleh Islam di NTB juga diluar daerah bahkan
mungkin di luar negara. Sebab beliau termasuk ulama’ yang sangat tersohor
hingga ke negeri Arab dimana beliau pernah menimba ilmu agama.
Mantan
Bupati Lombok Barat Drs. H. L. Mujitahid mengatakan bahwa dia beserta seluruh
warga Lombok Barat betul-betul sangat merasa kehilangan tokoh kharismtik yang
selama ini sangat dihormati oleh umat Islam di NTB dan luar daerah. Saya sangat
terkesan dengan kepemimpinan Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid yang begitu besar, Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan sosok orang tua sekaligus. Tuan Guru
yang pertama kali menyelenggarakan pendidikan formal di NTB seperti sekarang
memang sudah ada Tuan Guru-Tuan Guru sebelum Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tetapi sistem pendidikan yang diselenggarakan
masih dengan pola pengajian duduk (halaqah).
Al
Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selama memimpin,
tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah untuk menyebarkan kebenaran, hingga
akhir hayatnya. Beliau tidak pernah istirahat sekalipun di atas tempat
pembaringan. Beliau merupakan sosok pemimpin yang sungguh luar biasa. Mungkin
tidak banyak pemimpin seperti itu dalam memimpin ummat. Patriotisme (semangat
kebangsaan) yang beliau tanamkan sangat tinggi.
Termasuk
dalam bidang pembangunan. Beliau memimpin sejak tahun 1930 an di mana pada saat
itu fasilitasnya betul-betul serba minus dan nol hingga bisa berkembang seperti
sekarang ini. Ini betul-betul perjuangan yang luar biasa yng telah dilakukan
beliau.
H.
Abul Kadir, Mantan Ketua DPRD Tk I Nusa Tenggara Barat mengatakan bahwa kali
pertama dia bertemu dengan Al mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid pada tanggal 30 Mei 1983 (waktu itu jadi Dandim Lotim). Saat itu
beliau berpesan, bahwa sebagaimana orang beragama harus pndai-pandai memegang
amanah dengan teguh dan mampu mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan, kepada
masyarkat dan kepada alam (lingkungan).
Dalam
kaitan itu setiap pemimpin harus berpegang kepada empat sifat Rasul yakni
shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah, seorang pemimpin jangan memanfaatkan
jabatan untuk kepentingan pribadi. Jika ada pejabat demikian berarti telah
menghianati amanah yang diberikan. Ada beberapa fatwa beliau yang telah
terngiang di telinga ketua DPRD ini. Fatwa dimaksud yakni sebagai seorang
muslim harus selalu memiliki iman yang teguh dalam menghadapi masalah.
Disamping itu, dalam menghadapi fitnah seorang pemimpin harus diam seraya
memohon hidayah dari Allah SWT.
KH.
Ahmad Usman – Mantan Ketua MUI Nusa Tenggara Barat menegaskan bahwa sosok Al
Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam
mendakwahkan Islam tidak akan pernah dapat terlupakan. Kalau tidak ada NW di
Lombok ini mungkin sebagian besar umat tetap menganut “Waktu Telu”
keistimewaaan yang diberikan Allah SWT kepada Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yakni berupa umur panjang dan umur dimaksud
dipergunakan untuk berdakwah dan melakukan kebaikan.
Yang
tidak dapat dilupakan juga adalah peran Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mendirikan dan membangun madrasah dan
perguruan untuk kepentingan ummat. Bahkan banyak murid beliau kini telah
menyebar di berbagai propinsi, inilah amal beliau dalam mendakwah Islam
termasuk wakaf bangunan.
H.M.
Tubat – mantan Kakanwil Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat
mengatakan bahwa Al Mukkaram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid adalah tuan guru yang kharismanya luar biasa. Dia aktif mendirikan
madrasah dan memberikan dakwah. Melihat kegigihan tuan guru dalam menyiarkan
Islam sepertinya sulit mencari pengganti yang menyamainya.
Masih
banyak lagi komentar dari berbagai kalangan. Namun kita yakin bahwa setiap
orang yang mempunyai ghirah keagamaan sudah pasti merasa kehilangan atas
kepergian Al Mukarram Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,
tapi apa daya semua itu sudah merupakan ketentuan Allah SWT.
Kita
berharap mudah-mudahan semua pengikut dan murid-murid beliau diberikan kekuatan
oleh Allah SWT untuk melanjutkan perjuangan beliau, amin ya
mujibbassa’ilin
Demikian
sekelumit Riwayat hidup Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid pada edisi ini, Insya Allah riwayat hidup lengkap beliau akan
dipublikasikan menyusul.
Kepemimpinan TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid
Kesuksesan
perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh
pola kepemimpinannya. Kearifan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya.
Perjuangan
dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling mengkait, karena perjuangan itu
akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang dipergunakan dalam
kepemimpinan itu baik. Di samping itu, kepemimpinan yang arif dan bijaksana
akan menghasilkan keberhasilan perjuangan.
Maulanasysyaikh
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama’ besar di Indonesia
karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga charisma
beliau sebagai sosok figure ulama demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan
yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya.
Perjuangan
dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan umat.
Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa
kepadanya terutama kepada guru-guru beliau diwujudkan dalam bentuk yang dapat
memberikan manfaat kepada umat.
Sebagai
contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaaan beliau kepada mahaguru yang paling
dicintai dan disayangi. Maulanasysyaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath diwujudkan
dalam bentuk Pondok Pesantren Hasaniyah NW di Jenggik Lombok Timur. Penghargaan
kepada mahagurunya Maulanasysyaikh Sayyid Muhammad Amin Al-Kutbi diwujudkan
dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan
penghargaan kepada Mahagurunya Maulanasysyaikh Salim Rahmatullah beliau sudah
merencanakan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok Timur.
Pola
kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pemimpin yang memiliki
kearifan dan kebijaksanaan.
Demikian
pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogik dalam
arti mengandung nilai-nilai pendidikan. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah
bersikap sebagai pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak sebagai
pengayom yang berada di tengah-tengah jama’ah dan senantiasa menempatkan diri
sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala
beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam
pikiran murid dan santerinya.
Pembawaan
dan sikap hidup beliau selalu menunjukkan kesederhanaan. Inilah yang membuat
beliau selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak
mengurangi kewibawaan dan charisma yang beliau miliki. Keluhan yang disampaikan
para warga dan muridnya ditampung, di dengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya
dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu
pihak.
Untuk
melanjutkan dan mengembangkan perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang,
beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan
militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan,
maupun bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan
keinginannya agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh
bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliau
miliki. Demikian motovasi yang selalu beliau kumandangkan supaya murid dan
santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Dalam
menerima dan menghadapi para murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan,
beliau tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid
dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan di berikan perhatian dan kasih saying
yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada
anak-anaknya.
Yang
membedakan murid dan santeri di hadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan
sumbangsihnya kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk membina dan memonitor
kualitas kader Nahdlatul Wathan, beliau mengeluarakan wasiat dalam bahasa arab,
yang Artinya :
“Dengan menyebut nama Allah dan dengan memuji-Nya semoga
keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan,
ampunan dan ridha-Nya.
Anak-anak yang setia dan murid-muridku yang berakal.
“Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisiku ialah
yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul
Wathan
Dan sejahat-jahat kamu disisiku ialah yang paling banyak
merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan”.
Karena itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuanglah
kemudian berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama
dan Negara.
Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah swt. Tergolong pejuang
agama, orang saleh dan mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu
bersama orang lain.
Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu dan
semoga ia menganugerahi kami dan kamu serta para simpatisan Nahdlatul Wathan
masuk surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya yaitu melihat zat-Nya dari
dalam surga.
Demikianlah. Wasiat
ini dikeluarkan setelah terlihat beberapa kader dari kalangan alumni Madrasah
NWDI, dan mereka yang sudah dibiayai beliau untuk melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi keluar dari garis perjuangan organisasi. Tidak taat pada
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh beliau. Memang dalam rangka kaderisasi
beliau banyak memberikan bantuan kepada alumni NWDI dan orang-orang lain untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan perjanjian
khusus pula, yaitu untuk setia membela dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI
dan NW.
Alhamdulillah
banyaklah di antara mereka yang benar-benar menepati janjinya dengan tulus.
Sebaliknya ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-robek
nawaitu pengirimannya. Eksistensi dan aplikasi dari wasiat ini menjadi tolok
ukur kualitas dan kader ketaatan serta keihklasan kader-kader Nahdlatul Wathan.
Di
samping itu, untuk mempertegas Wasiat Renungan Masa I dan II berbahasa
Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat Renungan Masa ini berisikan nasehat, fatwa
dan pedoman bagi warga Nahdlatul Wathan dalam berjuang.
Lahirnya
wasiat-wasiat tersebut merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan
beliau yang selalu menekankan hubungan guru dan murid. Beliau adalah figur
pemimpin yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan
antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang
membuang murid akan tetapi kebanyakan murid yang membuang guru.
Perjuangannya
Sekembali
dari Tanah Suci makkah ke Tanah Air Indonesia mula-mula beliau mendirikan
pesantren Al Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil
Akhir 1356 H./ 22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan
Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria.
Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan
madrasah Nahdlatul Banat diniah Islamiyah (NBDi) khusus untuk kaum wanita.
Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di pulau lombok yang terus
berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah
Organisasi Nahdlatul Wathan.
Dan
secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren
Daurun Nahdlatain Nahdlatul Wathan. Istilah “Nahdlatain” diambil dari kedua
madrasah tersebut. Sekembali dari Tanah Suci makkah ke Tanah Air Indonesia
mula-mula beliau mendirikan pesantren Al Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian
pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H./ 22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan
Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk
mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943
M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat diniah Islamiyah (NBDi) khusus
untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di pulau
lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang
bernaung di bawah Organisasi Nahdlatul Wathan.
Dan
secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren
Daurun Nahdlatain Nahdlatul Wathan. Istilah “Nahdlatain” diambil dari kedua
madrasah tersebut.
Pada
tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para
alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir,
membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh
amal usahanya, Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang
pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H./
1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang
dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat
taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial
dan dakwah islamiyahNahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB
melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur,
Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain.
Pada
zaman penjajahan, Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan
kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap
bertempur melawan dan mngusir penjajah. Bahkan secara khusus Al Mukarram
Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru
Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan Al
Mujahidin”.
Gerakan
Al Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya dipulau Lombok
untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa
Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946. TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik
kandung Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Dlam penyerbuan ini gugurlah
TGH. Muhammad Faizal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai
Syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani
Selong Lombok Timur.
Al
Mukkarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama’
pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban
berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian, diantaranya :
1. Pada
tahun 1934 mendirikan pesantren Al-Mujahidin
2. Pada
tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
3. Pada
tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI
4. Pada
tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
5. Pada
tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur
6. Pada
tahun 1947 / 1948 menjadi Amirul Haji dari Negera Indonesia
Timur
7. Pada
tahun 1948/1949 Anggota Delegasi Negara Indonesia Timur ke Saudi Arabia
8. Pada
tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil.
9. Pada
tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah Lombok.
10. Pada
tahun 1953 Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan.
11. Pada
tahun1953 Ketua Umum PBNW Pertama;
12. Pada
tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di Lombok
13. Pada
tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cang Lombok
14. Pada
tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I (1955)
15. Pada
tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
16. Pada
tahun 1964 menjadi PesertKIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung.
17. Pada
Tahun 1965 mendirikan Ma’had Darul Qu’an Wal Hadits Al Majidiyah Asy Syafi’iyah
Nahdlatul Wathan;
18. Pada
tahun 1972-1982 Anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
19. Pada
tahun 1971-1982 Penasehat Majlis Ulama’ Indonesia Pusat
20. Pada
tahun 1974 mendirikan Ma’had Lil Banat
21. Pada
Tahun 1975 Ketua Penasehat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram
(sampai 1997)
22. Pada
tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
23. Pada
tahun 1977 Menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
24. Pada
tahun 1977 mendirikan fakultas tarbiyah universitas hamzanwadi
25. Pada
Tahun 1978 mendirikan STKIP Mamzanwadi
26. Pada
tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Hamzanwadi.
27. Pada
tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzan wadi
28. Pada
tahun 1987 mendirikan Universitas Nhdlatul Wathan mataram
29. Pada
tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi;
30.
Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilamu Dakwah Hamzanwadi;
30. Pada
tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri;
31. Pada
tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi
Oleh
karena jasa-jasa beliau itulah maka pada tahun 1995 belau dianugerahi Piagam
Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah.
Al
Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama’
pewaris para nabi, di samping menyampaikn da’wah bil hal wa bil lisan, juga
tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau
sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di
Madrasah Shaulatiyah Makkah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan
keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk
memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas.
Kendatipun
demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang
beberapa kitab, kumpulan do’a, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab,
Indonesia dan Sasak, diantaranya Risalah Tauhid, Sullamul Hija Syarah Safinatun
Naja Nahdlatuz Zainiah, At Tuhfatul Ampenaniyah, Al Fawakihun Nahdliyah,
Mi’rajush Shibyan ila Sama’i Ilmil Bayan, An Nafahat ‘Ala Taqriratis Saniyah,
Hizib Nahdlatul Wathan, Hizib Nahdlatul Banat, Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan,
Batu Ngompal, Anak Nunggal, Taqrirat Batu Ngompal, Wasiat Renungan Masa I dan
II, Ta’sis NWDI, Imamunasy Syafi’I, dan lain-lain.
Disamping
itu, Almukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku
seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya
untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Di
antara inovasi / rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan
khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan
mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara
bebas, mengadakan gerakan do’a dengan berhizib, mengadakan syafatul kubro,
menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum
disamping sekolah agama (madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur
bahasa Indonesia, dan lain-alin.
Sebagai
seorang Ulama’ mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji.
Seluruh sisi kehidupan beliau, beliau isi dengan perjuangan memajukan agama,
nusa dan bangsa. Tegasnya tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa
terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh
dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliau.
Perjuangan Dalam Merintis
Kemerdekaan
Sejak
kembali dari Tanah Suci Makkah sampai akhir hayatnya Maulanasysyaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid aktif menggunakan sebagian besar waktunya untuk
membangun mental spiritual masyarakat melalui madrasah, kegiatan dakwah, majlis
taklim, pengajian umum di masjid-masjid dan surau-surau di berbagai kota dan
desa di Pulau Lombok.
Usia
senja bagi beliau tidaklah menjadi kendala untuk tetap berjuang memajukan
agama, nusa dan bangsa yang tercinta ini. Beliau tetap berjuang dan membangun
sesuai dengan hajat pembangunan dan perjuangan yang terus meningkat. Itulah
sebabnya beliau sering memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk dapat
mengikuti jejak langkah perjuanga, semangat pantang menyerah, pengambdian dan
dedikasi beliau yang sulit ada tandingannya itu. Tegasnya “ Tiada hari tanpa
perjuangan “ itulah yang terlihat dan terkesan dalam seluruh sisi kehidupan
beliau. Pantaslah kalau beliau sering mengatakan:
“Usia
saya telah senja, kendatipun demikian saya ingin seperti matahari yang selalu
berputar dari timur ke barat, bukan hany dalam waktu 24 jam, tetapi telah
berjuta-juta tahun, tanpa mengenal terlambat walau sedetikpun. Saya tidak rela
kemerdekaan yang ditebus dengan lautan darah para syuhada’ itu disia-siakan
tetapi harus diisi dengan pembangunan terus menerus menurut kamampuan dan
keahlian masing- masing meratalah kemakmuran, keadilan, dan kebenaran di
seluruh persada tanah air tercinta ini.
“Demikian
jiwa dan semangat perjuangan beliau yang tidak kenal lelah, lebih-lebih dalam
memperjuangkan tegaknya iman dan taqwa di persada tanah air Indonesia yang
berdasarkan pancasila ini.
Dalam
perjuangan membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia dari cengkraman penjajah
Belanda dan Jepang, Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Jiwa
perjuangan, patriotisme, dan semangat pantang menyereh tetap beliau kobarkan di
dada murid-murid, santri dan guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI. Oleh karena itu,
tidak mengherankan kalau kedua bangsa penjajah itu selalu berusaha untuk
menutup dan membubarkan Madrasah NWDI dan NBDI.
Pada
zaman penjajahan Jepang, Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
berkali-kali dipanggil untuk segera menutup dan membubarkan kedua Madrasah
tersebut dengan alasan bahwa kedua Madrasah ini digunakan sebagai tempat
menyusun taktik dan strategi untuk menghadapi bangsa penjajah tersebut.
Disamping dianggap sebagai wadah yang berindikasi bangsa asing karena
diajarkannya Bahasa Arab di kedua Madrasah ini.
Kepada
pemerintah Pascis Jepang beliau mengemukakan beberapa penjelasan. Diantaranya
bahwa Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran, bahasa Islam, dan bahasa umat Islam,
bahasa yang dipakai dalam melaksanakan ibadah. Ibadah umat Islam menjadi rusak
kalau tidak menggunakan Bahasa Arab. Itulah sebabnya Bahasa Arab diajarkan di
Madrasah NWDI dan NBDI. Di kedua madrasah ini juga dididik calon-calon “
Penghulu dan Imam “yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur
peribadatan dan perkawinan umat islam.
Setelah
mendengar penjelasan beliau, segeralah pemerintah Jepang yang ada di Pulau
Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya di Singaraja Bali. Tidak lama
kemudian terbitlah Surat Keputusan di Singaraja dalam bentuk kawat surat, yang
berisi antara lain bahwa Madrasah NWDI dan NBDI dibenarkan untuk tetap dibuka
dengan ketentuan supaya nama Madrasah tersebut diubah menjadi “ Sekolah
Penghulu dan Imam”.
Kemudian setelah beberapa
bulan kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, mendaratlah tentara NICA di Pulau
Lombok. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administrations,
yaitu Pemerintah Sipil Belanda yang bergabung dalam Angkatan Bersenjata
Negara-Negara Sekutu di masa Perang Dunia II.
0 comments:
Post a Comment