Tuesday, April 7, 2015

RIWAYAT SINGKAT PERJALANAN HIDUP PENDIRI PONPES NW PADASUKA

TGKH. Muhammad Faidi Muqoddam, QH., SH. lahir di dusun Sengkrang Lombok tengah. Ia lahir pada tanggal 2 Juli 1965 dari pasangan (alm) Muqoddam dan (alm) Siti Juminah. Pada masa kanak-kanaknya ia dibawa oleh kedua orang tuanya berhijrah ke Sumbawa, tepatnya di Desa Padasuka Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa-NTB. Di desa inilah ia menghabiskan masa remajanya.

Pendidikan formal beliau dimulai dengan menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Padasuka dilanjutkan dengan SMPN 1 Lunyuk. setelah beliau menyelesaikan pendidikan beliau di SD dan SMP beliau Mu'allimin NW Pancor dan kemudian dilanjutkan di Ma'had Daarul Qur'an wal Hadits NW.

Beliau terlahir dari keluarga yang sangat taat beragama hal ini terlihat dari ketekunan ayahanda belaiu yang semasa hidupnya menjadi guru ngaji baca Al-Qur'an. Bahkan ada sebuah kisah yang menarik tentang ayahanda beliau yang menunjukkan ketaatannya, bahwa pada suatu hari ada seseorang yang mengantarkan beliau daging sapi, karena tidak enak menolak pemberian orang, maka beliaupun menerima daging tersebut. Namun ketika Istri beliau meminta izin untuk memasak daging tersebut, meliau menahan sang istri dan meminta sang istri agar menunggu hingga keesokan harinya dulu untuk memasak daging tersebut. Namun ternyata, keesokan harinya tersebar berita bahwa sapi salah seorang masyarakat di desa sebelah telah hilang. mendengar berita tersebut beliaupun memrintahkan sang Istri untuk membuang daging tersebut. Demikianlah Ihtiat beliau dalam menjaga makanan yang masuk kedalam perut beliau dan keluarganya. beliau sangat hawatir ada barang yang haram bahkan yang syubhat sekalipun masuk ke dalam perut beliau dan keluarganya.

Sedangkan mengenai ibundanya, yaitu alm. Siti Juminah, sehari-harinya beliau bekerja sebagai pedagang bakulan seperti bawang, cabai, tomat dan lain sebagainya, bahkan hingga beliau memasuki usia senjapun beliau tetap melakukan hal tersebut di sela-sela waktu luangnya. Namun meskipun begitu, beliau merupakan wanita yang sangat sholehah ini terlihat dari hingga masa senja beliau, ternyata beliau masih tetap istiqomah membaca Al-Qur'an, bahkan untuk memenuhi kebiasaan beliau yang tetap istiqomah dalam membaca Al-Qur'an ini, sang putra yaitu TGKH. M. Faidi Muqoddam pun membelikan beliau Qur'an yang cukup besar agar beliau bisa membacanya dengan jelas. Dari keluarga yang sholeh seperti inilah sang "Faidi kecil" lahir. 

Selama menempuh pendidikan di MDQH NW, TGKH. M. Fidi Muqoddam terkenl dengan kecerdasannya, hal ini terlihat dari selama beliau sering menjadi Nuqoba' (pengganti masyaikh) selama beliau menjadi Thullab MDQH. selain itu juga sempat tersiar kabar bahwa para Masyaikh al-Ma'had pernah mengadakan musyawarah untuk mengirim beliau untuk melanjutkan studi beliau di Madrasah as-Saulathiyyah di Makkah al-Mukarromah.

Sebelum menyelesaikan studinya di MDQH, beliau melamar seorang gadis dari Teko Kecamatan Apit Aik bernama Rauhun. Perempuan yang terkenal pintar di MDQH. Selama masa awal pernikahan beliau dengan Rauhun, beliau menjlani hidup di Teko sehingga beliau harus bolak-balik dari Teko ke Pancor yang jaraknya lebih dari 10 km untuk menuju ke MDQH. Namun ada hal yang aneh selama perjalanan beliau untuk menuntut ilmu di MDQH yang jaraknya cukup jauh dari Teko, ini berdasarkan keterangan dari mertua beliau, bahwa meskipun jaraknya cukup jauh untuk menuju MDQH dari Teko, tapi beliau selalu tiba tepat waktu di MDQH dan selalu duduk di shap terdepan untuk mendengarkan pengajian Maulana Asy-syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, padahal beliau hanya berjalan kaki yang normalnya membutuhkan waktu sekitar 3 jam namun beliau hanya butuh waktu sebentar kesana.

Belum lama usia pernikahan beliau, pada suatu malam beliau mendapat perintah dari Maulana Asy-Syaikh untuk kembali ke Desa Padasuka dan berjuang di sana karena masyarakat di desa Padasuka tergolong masih awam akan ilmu agama. sehingga dengan perintah dari guru besar beliau tersebut, beliaupun kembali ke kampung halaman beliau untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat.

Dimulai dengan mengadakan pendidikan Diniyyah beliau mengajarkan masyarakat ilmu agama, kemudian ketika dipandang cukup memungkinkan, beliaupun mendirikan madrasah NW, dari sinilah pondasi pertama pendirian madrasah-madrasah NW di kecmatan Lunyuk, dan hingga saat ini, madrasah yang beliau rintis tersebut telah menelurkan banyaka madrasah mulai dari tingkat RA, MI, MTs hingga MA yang tersebar di kecamatan Lunyuk hingga masuk ke kecamatan Orong Telu.

Semoga Allah memberikan balasan pahala yang besar atas perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam. Amin.

Demikianlah riwayat singkat perjalanan hidup Pimpinan Pondok Pesantren NW Padasuka. 

0 comments:

Post a Comment