Sunday, October 19, 2014

ACTIVE LEARNING BERMUATAN KARAKTER

A.     PENGERTIAN ACTIVE LEARNING
Strategi pembelajaran aktif (Active Learning) untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Mel Silberman. Nilai karakter inti dari strategi ini adalah “aktif” atau dalam bahasa Psikologi Humanistis disebut Aktujalisasi Diri (Maslow, William Craim, 2007). Sebelum Mel Silberman memperkenalkan strategi ini, jauh sebelumnya Paulo Freire, seorang ahli hukum yang terjun ke bidang pendidikan mengkritik secara radikal terhadap pendidikan “Gaya Bank” yang berlangsung saat itu. Pendidikan “Gaya Bank” yang dimaksud adalah pendidikan dengan guru sebagai subjek dan siswa sebagai objek.
Dalam pendidikan gaya bank ini guru emperlakukan peserta didik seperti “tong kosong”  yang harus siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh anggapan guru yang merasa dengan strategi pembelajaran gaya bank ini, seorang guru bisa menuangkan ilmunya kepada para peserta didik. Namun sayangnya, ilmu yang dituangkan dengan menggunakan strategi pembelajaran gaya bank dengan tanpa sengaja akan segera dimuntahkan kembali oleh peserta didik. Hal ini karena otak bukanlah Memory Card atau Flash Disc yang dapat menyimpan data atau informasi yang diinput kedalamnya. Otak manusia memiliki daya serap yang terbatas, sehingga ketika seorang guru menuangkan ilmu kepada peserta didiknya dengan menggunakan metode ceramah (gaya bank), maka otak siswa tidak akan mampu menyerap semua ilmu yang disampaikan tersebut, aka nada bahkan lebih banyak ilmu yang dimentalkan kembali oleh otak para siswa.

Sedangkan dalam strategi pembelajaran aktif (Active Learning), para guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan diri sehingga para siswa lebih aktif daripada guru. Dalam hal ini guru hanya sebagai pasilitator yang mengantarkan atau bahkan memancing para siswa untuk lebih aktif selama proses belajar mengajar terlaksana.

Sebelum Mel Silberman mengeluarkan teori tentang Active Learning, sebelumnya ia mencermati penyataan-pernyataan Confucius:
Ø  What I Hear, I Forget
Ø  What I See, I Remember
Ø  What I Do, I Understand

Setelah dilakukan modifikasi oleh Mel Silberman, pernyataan-pernyataan Confucius tersebut berubah menjadi:
Ø  What I Hear, I Forget
Ø  What I Hear and See, I Remember a Little
Ø  What I Hear, See and Ask Question About or Discuss with Someone else, I Begin to Understand
Ø  What I Hear, See, Discuss, and Do, I Acquire Knowledge and Skill
Ø  What I Teach to Another, I Master

Berdasarkan hasil modifikasi dan penyempurnaan pernyataan Confucius oleh Mel Silberman tersebut, dapat difahami bahwa konsep Active Learning  yang dikemukakan oleh Mel Silberman tersebut menghendaki agar para siswa berperan bukan hanya sebagai pendengar yang siap mendengarkan setiap perkataan yang disampaikan oleh guru, akan tetapi lebih dari itu, dengan konsep yang dikemukakan oleh Mel Silberman, peserta didik juga melihat, mendiskusikan, mempraktikkan dan mengajarkan untuk bisa menguasai ilmu yang dituangkan oleh guru.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jelas bahwa konsep Actif Learning yang sangat relevan dengan nilai-nilai karakter seperti:
Ø  Rasa ingin tahu => Mendengar dan melihat untuk lebih memahami
Ø  Komunikatif => Mendiskusikan untuk memahami dan mendalami
Ø  Tanggung jawab => Mempraktikkan untuk memperoleh pengetahuan
Ø  Kepedulian social => Mengajarkan untuk menguasainya

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Aktif (Active Learning) adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan lebih aktif dalam Kegiatan Belajar-Mengajar selama proses pembelajaran berlangsung, baik aktif dalam bentuk interaksi antar sesama peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru (Hamruni, 2009)

B.     KARAKTERISTIK ACTIVE LEARNING
Menurut Bonwell (1995), Active Learning memiliki beberapa karakteristik antara lain:
Ø  Menekankan pada proses pembelajaran bukan pada penyampaian materi oleh guru.
Ø  Peserta didik harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Ø  Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berkenaan dengan materi pelajaran.
Ø  Peserta didik dituntut untuk berfikir kritis, menganalisis, dan mengevaluasi daripada hanya sekedar menerima dan mendengar teori dari guru untuk kemudian dihafalkan.
Ø  Pada Active Learning interaksi dialogis akan lebih memungkinkan untuk terjadi.

Selain itu, Active Learning juga memungkinkan interaksi yang timbul selama proses belajar mengajar menumbuhkan Possitive Independence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.

C.      KEUNGGULAN STRATEGI ACTIVE LEARNING
Ada beberapa keunggulan strategi Active Learning yaitu:
Ø  Peserta didik dapat belajar menyenangkan sehingga materi sesulit apapun tidak akan membebani siswa karena mereka bisa berusaha menyelesaikannya dengan bekerja bersama-sama teman sekelasnya.
Ø  Aktivitas yang ditimbulkan dalam Active Learning dapat meningkatkan daya ingat siswa karena pada strategi ini para siswa tidak hanya menggunakan telinga mereka tetapi juga mereka melihat, mendiskusikan dan mempraktikkan sehingga materi pelajaran tidak lagi Imaginative  tetapi akan seperti realita karena Active Learning yang bersifat praktis.
Ø  Active Learning dapat memotivasi siswa lebih maksimal sehingga dapat menghindarkan peserta didik dari sikap malas, mengantuk, melamun dan tindakan sejenis.

D.     KELEMAHAN ACTIVE LEARNING
Selain keunggulan yang dimiliki Active Learning, strategi ini juga memiliki kelemahan, antara lain:
Ø  Hiruk pikuk kelas yang timbul akibat keaktifan siswa bisa mengacaukan suasana pembelajaran sehingga standar kompetensi bisa tidak tercapai maka untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal ini, guru harus memberikan control penuh terhadap kegiatan siswa untuk mengindari Over Active.
Ø  Peserta didik yang belajar dengan menyenangkan dapat mencapai prestasi yang lebih baik daripada belajar dalam kondisi tertekan hanya untuk mengejar bahwa materi harus habis tersampikan. Namun pembelajaran yang berorientasi pada kesenangan bisa membuat siswa tidak siap untuk belajar lebih keras karena sudah dibiasakan untuk belajar dalam kondisi senang.

Sumber: Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter oleh Suyadi, M.Pd.I

0 comments:

Post a Comment