Sunday, September 28, 2014

ONE MINUTE BEFORE TEACHING: DAHSYATNYA KALIMAT PEMBUKA (2)

Pernahkah anda menyisihkan waktu khusus sebelum anda masuk kelas untuk sedikit merenung tentang kalimat pembuka yang akan anda lemparkan di dalam kelas sebelum kegiatan lain dimulai? Sebagian orang mungkin berkata hal tersebut tidaklah penting Sementara sebagian yang lain tidak begitu berduli karena menganggap hal itu bukanlah sesuatu yang bisa memberi arti besar dalam penyampaian materi.

Namun disadari atau tidak, kalimat pembuka anda di dalam kelas adalah oksigen yang akan memompa kesegaran dan motivasi anak untuk belajar selama dua jam pelajaran ke depan. Kalimat pembuka yang keluar di detik-detik pertama bagaikan pelontar roket yang akan membawa imajinasi anak melayang jauh ke angkasa yang penuh dengan kedahsyatan mata pelajaran anda. Kalimat pembuka bagai energi awal yang akan menempatkan imajinasi siswa pada kondisi yang sangat ideal untuk masuk materi pelajaran.

Kalimat pembuka di dalam kelas anda adalah bahasa yang akan mengantarkan dunia ilmu yang tersembunyi di balik materi pelajaran saat itu. Kalimat pembuka adalah bahasa yang bukan hanya berperan sebagai kunci yang akan membuka pintu pikiran siswa dalam menyambut materi pelajaran, namun juga sebagai pupuk yang akan menyuburkan daya serap (Receptive) dan rasa penasaran setiap individu untuk memahami pelajaran (Inquiry). Kalimat pembuka ini akan mengantarkan makna dan intisari pelajaran. Semakin peka anda dengan makna bahasa pembuka di kelas anda, maka akan semakin mudah dan materi pelajaran yang anda sampaikan diserap oleh siswa.

The Golden Minutes
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwakonsentrasi dan perhatian siswa berada pada kondisi yang optimal pada menit-menit awal ketika anda berada di hadapan mereka. Sebut saja ini sebagai Golden Minutes pelajaran. Dan beberapa saat kemudian konsentrasi mereka cendrung menurun sesuai dengan gerak otak  bawah sadar mereka. Disinilah tantangan besar bagi para guru untuk menahan agar Golden Minutes ini agar bukan hanya bertahan lebih lama namun juga bisa digunakan dengan sangat optimal.

Setelah itu otak bawah sadar mereka akan secara tidak langsung memutuskan bahwa "Pikiran" mereka akan "Lanjut" atau "Tidak" dengan anda selama dua jam pelajaran kedepan. Artinya, mereka akan menghabiskan waktu bersama anda dalam kondisi siap mmenerima dan mengikuti setiap kegiatan anda di kelas dengan sepenuh hati atau sebaliknya.

Mengejar target bahwa materi atau bahan ajar harus tersmpaikan sering menjadi alasan para guru untuk cenderung mengabaikan kondisi dan konsentrasi para siswa saat itu. Ia akan terus sibuk dan tidak perduli dengan kondisi para siswanya. Tentunya secara logika, tindakan itu bisa dianggap wajar. Ia akan dengan ringan beranggapan bahwa kenyataan ini tidak akan terulang di hari-hari berikutnya. Namun tengoklah para siswa anda, beberapa dari mereka sedang bergelut dengan tantangan bahwa mereka harus mengerti pelajaran anda.

The Golden Minutes bukan rujukan yang baku. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi sangan beragam. Namun kecerdikan anda untuk memanipulasi waktu dan kegiatan anak akan membantu mereka tetap utuh untuk bersama anda dalam keadaan apapun. Memanipulasi waktu dan kegiatan berarti menjadikan waktu dan kegiatan terasa begitu kuat, berisi dan attractive.

KALAU BUKAN ANDA YANG MENGAJAR, PELAJARAN ITU MENJADI TIDAK ASYIK!
"Penemuan sesungguhnya bukanlah merupakan penemuan tanah baru, melainkan dalam cara memandang dengan menggunakan mata yang baru" (Marcel Proust)

Guru tidak bisa memaksa agar para siswa menyukai pelajaran yang ia bawakan, dan sepertinya para siswa telah memiliki kriteria tentang mata pelajaran yang ia sukai, pelajaran yang harus ia ikuti dan pelajaran yang bisa ia ikuti sekedarnya. Namun demikian guru memiliki otoritas yang besar untuk melakukan intervensi agar siswanya melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mata pelajaran tersebut.

Menyukai atau tidak menyulai mata pelajaran tertentu sepertinya sudah menjadi sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Masalah ini juga sepertinya berada di luar wilayah garapan para guru. Guru tidak perlu menelusuri kenyataan yang sering membuat diri kecewa dan prustasi ini. Namun demikian guru harus tetap memposisikan diri sebagai orang yang sedang memegang barang yang sangat penting yang sedang dibutuhkan siswanya. Untuk hal itu guru harus berada pada kondisi sebagai orang yang sedang ingin memberikan barang berharga dengan cara sehalus dan sesantun apapun dengan satu target anak didiknya kenal persis derajat mata pelajaran anda sebagai materi terpenting saat ia bersama anda.

Jika hal itu yang terjadi maka yang nampak di depan para siswa bukanlah jelmaan mata pelajaran yang sudah mereka cap untuk tidak disukai. Namun yang nampak di mata mereka adalah seseorang yang, dengan caranya, bisa mengubah hal-hal yang biasa menjadi suatu keajaiban sempurna.

Tidak akan ada pelajaran yang tidak asyik saat anda berada di depan mereka. Mereka jelas sudah lupa dengan kesulitan-kesulitan pelajaran yang ada dalam pelajaran anda. Segalanya terasa menjadi renyah dan mudah dicerna. Atau, andai kesulitan sekalipun yang mereka hadapi dalam pelajaran anda,tidak muncul kesan bahwa mereka sedang berada dalam ruangan yang menyeramkan. Anda akan sibuk dengan pekerjaan anda ditemani oleh para siswa yang siap mengikuti kemana arah anda melangkah.

Sekali tugas jatuh di pundak, maka tugas anda adalah menjadikan pelajaran itu sebagai menu yag paling menarik yang ditunggu oleh murid dalam kegiatan kesehariannya di sekolah. Bisakah? Tentu bisa. Dan seharusnya memang harus bisa.

Apa yang anda rasakan ketika siswa anda mengatakan, "Kalau bukan Bapak yang mengajar, Pelajaran itu tidak asyik!". Tentu kebahagiaan akan menerangi hari-hari anda di sekolah. Padahal sebelumnya beberapa waktu yang lalu para siswa lebih menampakkan wajah tegang saat waktu pelajaran anda datang. Mereka menarik napas panjang, lalu dengan malas mereka mengeluarkan buku dari kolong mejanya. Wajahnya kaku tanpa senyum dan ekspresi yang menyenangkan.

KETIKA SEMUANYA BICARA
Selain bahasa dan kalimat pembuka, pada menit-manit awal, mata siswa akan menangkap pesan dan kesan yang tersirat dalam setiap hal yang hadir bersama anda, aksesoris dan pakaian anda, penampilan, mimik, gerak tubuh, bahkan bahu anda saat menarik napas. Mereka akan melaihat pakaian yang anda pakai, penampilan, langkah, bahkan gerak bola  mata serta arah anda memangdang. Pandangan dan penilaian mereka terhadap anda akan cukup menentukan apakah mereka siap untuk menerima anda untuk dua jam ke depan dalam sikap pikiran positif atau sebaliknya. Detik-detik itulah yang mengajak para siswa untuk berkonsentraasi penuh atau akan menjalani kegiatan dengan biasa-biasa saja atau juga sangat mungkin jika kemudian mereka hanya akan menjalani kegiatan di kelas tanpa tujuan yang pasti sambil menunggu bel pergantian pelajaran saja.

Ketika mata dan pikiran siswa sibuk dengan imajinasi dan persepsi pribadi masing-masing, kalimat pembuka anda akan memecahkannya. Jika kalimat yang anda lontarkan menggugah, maka mereka akan membalikkan pikiran yang negatif menjadi positif. Namun ternyata jika tidak memiliki arti, dalam arti biasa-biasa saja, maka yang muncul adalah citra anda yang datar-datar saja di mata para siswa. Siswa hanya menunggu uraian materi dengan motivasi yang biasa-biasa saja. Dan boleh jadi yang kemudian terjadi akan jauh lebih buruk dari itu.

ANDA DAN "MUTIARA" DI BALIK PELAJARAN ANDA
Terlepas dari tingkat kesulitan dan derajat mata pelajaran yang anda bawakan, sosok anda cukup menentukan para siswa untuk memutuskan bahwa mereka akan suka atau tidak suka dengan pelajarana anda. Bukankah jika bicara masalah motivasi belajar, siswa lebih cenderung melihat pada siapa yang membawakan pelajaran daripada apa yang dibawakan. Lalu setelah ketertarikan itu muncul, mereka akanmemutuskan bahwa pelajaran itu akan mereka sukai atau tidak. Oleh karena itu, penampilan anda bukan lagi sesuatu yang bisa anda abaikan. Tidak sedikit siswa yang berkata "Saya suka pelajaran itu karena yang mengajarkan 'Bapak' ini atau 'Ibu' ini" Atau "Saya tidak begitu suka pelajaran itu, tapi saya merasa senang mengikuti pelajaran itu sekarang" Tentunya pernytaan-pernyataan itu adalah modal yang begitu besar bagi seorang guru untuk terus meningkatkan potensi dirinya. Lalu bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Ketika siswa mengatakan bahwa merreka tidak suka pelajaran itu karena anda yang mengajarnya? Tentu kita harus tahu alasannya dan berussaha mencari solusinya.

Tentu kita tidak ingin keberadaan kita di hadapan mereka diartikan sama artinya dengan tidak ada. Kita sangat tidak ingin penjelasan, kegiatan, tugas dan pekerjaan kita di dalm kelas berlalu tanpa antusiasme yang maksimal dari para siswa.

Barang kali kita masih ingat saat-saat kita menjadi siswa, kita cenderung lebih suka untuk nongkrong di kantin untuk pelajaraan tertentu daripada berada di dalam kelas. Atau kita memilih berada di dalam kelas bukan karena pelajaran atau guru yang menyenangkan, melainkan karena ada konsekwensi yang berat yang harus ditanggung jika kita tidak mengikuti pelajaran tersebut. Atau, kita tidak merasakan kerugian yang besar walaupun beberapa kali tidak mengikuti pelajaran teersebut. Kita cukup dengan mengetahui bahwa ada tugas dan PR setelah pelajaran tersebut usai.

Tentunya tidak semua pelajaran demikian, bahkan hanya sebagian kecil saja. Tapi bagaimana jika dari yang sebagian kecil itu adalah termasuk pelajaran yang anda bawakan? Guru yang mereka abaikan adalah anda? Sungguh menyakitkan jika ternyata memang demikian. Kehadiran anda sebagai guru sama artinya dengan ketiakhadiran.

Sangat mungkin kenyataan itu terjadi pada anda jika ternyata banyak banyak hal penting yang anda abaikan. Bagaimana anda menemukan solusi untuk hal demikian? Mengandalkan kekuatan dan kekuasaan anda sebagai guru, orang yang berkuasa di dalam kelas? tentu sekarang bukan lagi zamannya. Atau anda berkata, "Tidak masalah, yang rugi kan mereka karena akan ketinggalan materi hari ini" meskipun terkesan benar, kalimat tersebut tidaklah bijak. Bukankah masih banyak siswa yang masih bisa mengikuti pelajaran sekalipun beberapa kali meninggalkan pertemuan dengan anda. Dengan demikian kalimat itu tidaklah berarti apa-apa.

Solusinya, tentu harus ada sesuatu yang benar-benar ditunggu oleh siswa dari materi yang akan anda sampaikan, yang tidak mungkin mereka dapatkan di luar pelajaran atau di luar pertemuan bersama anda. Anda harus memiliki energi yang benar-benar akan memberikan energi kehidupan bagi para murid anda. Anda harus mampu menciptakan kalimat-kalimat pembuka yang mampu membukakan penyumbat "Kran" dan mengalirkan materi hari ini. Hal tersebut haruslah sesuatu yang luar biasa. Disadari atau tidak, sesuatu tersebut dibuka dengan kalimat pembuka anda. Anang

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive