Sunday, September 21, 2014

TEGAR MENGHADAPI COBAAN


Sebagian orang mungkin akan berkata, “Saya belum lama ber-iltizam (berkomitmen) dengan Islam. Saya hawatir tidak bias tegar saat menghadapi banyak cobaan” atau “Saya tidak bias sabar karenanya
Kepada orang yang seperti itu saya ingin menyitir sebuah sabda Rasululloh SAW,

ومن يتصبر يصبره الله
“Barang siapa yang meminta kesabaran (kepada Allah), Allah akan membuatnya sabar” (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’I, Ahmad, Malik, Ad-Darimi dan Al-Baihaqi)

Rasululloh SAW juga pernah bersabda,
ومن يتحرالخير يعطه, ومن يتق الشر يوقه
Barang siapa yang menginginkan kebaikan, Allah akan memberinya kebaikan. Siapa yang menjauhi keburukan, Allah akan melindunginya

Siapa saja yang berusaha menyiapkan aspek-aspek kesabaran di jalan Allah, maka Allah pasti memberinya kesabaran. Siapa saja yang menyiapkan aspek-aspek kehinaan, kerendahan dan keterpurukan maka dia pasti tertimpa kehinaan. Allah SWT berfirman,

 وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ       
“Allah tidak akan menganiaya mereka, tetapi merekalah yang mengniaya diri mereka sendiri” (QS. An-Nahl: 33)

Karena itulah saudaraku para aktivis pejuang Islam, anda harus senantiasa meningkatkan kesabaran.  Caranya adalah dengan menyiapkan jiwa anda untuk bersabar, bahkan menjadi jiwa yang ridlo kepada-Nya, Insya Allah. Salah seorang generasi salaf pernah berkata, “Aku membawa jiwaku kepada Allah dalam keadaan menangis. Aku terus menerus membawanya kepada-Nya hingga akhirnya ia pulang kepadaku dalam keadaan tertawa”.

Jika kelelahan anda memuncak, cobaan demi cobaan atas diri anda semakin meningkat, musibah demi musibah menimpa anda silih berganti, sementara hawa nafsu anda cenderung memerintahkan anda kepada keburukan, itu memprovokasi anda untuk lebih `Memilih’ dunia—padahal umur dunia hanyalah sesaat—atau jiwa anda membanhgkang kepada anda, maka anda harus mengendalikan jiwa anda dan merespon seruan Allah SWT dengan penuh keridloan, setelah sebelumnya merasa enggan.

Jika anda menghendaki demikian, katakana kepada jiwa anda:

Wahai jiwaku, engkau telah menghabiskan sebagian besar langkah dan telah sedemikian jauh menempuh perjalanan menuju Allah. Oleh karena itu perjalanan tidak akan lama lagi berakhir dan yang tersisa tinggallah kemudahan. Maka bersabarlah engkau, wahai jiwa.
Wahai jiwa, janganlah engkau sia-siakan amal sholihmu selama ini, bergadanglah engkau sepanjang malam dan selama berhari-hari, rasa lelahmu selama bertahun-tahun;  janganlah engkau sia-siakan hanya dalam tempo sesaat. Bersabarlah karena sesungguhnya bersabar itu sebentar. Bersabarlah, karena sabar itu laksana tamu. Biasanya tamu itu tidak akan berlama-lama tinggal di rumah yang dikunjunginya. Betapa indah pujian dan sanjungan kepada tuan rumahyang dermawan. Wahai kaki yang bersabar, teruslah beramal, tidak lama lagi pekerjaan akan selesai.

Anda harus bersikap terhadap diri anda, seperti yang dilakukan Bisyr al-Hafi terhadap murid-muridnya yang ikut bepergian bersamanya pada suatu waktu. Di tengah jalan seorang muridnya kehausan lalu berkata kepada Bisyr al-Hafi, “Bolehkah saya meminum air sumur ini?”. Bisyr al-Hafi berkata, “Sabarlah sampai kita ketemu sumur lain”. Ketika rombongan Bisyr al-Hafi ketemu sumur lainnya, Bisyr al-Hafi berkata, “Sabarlah sampai ketemu sumur lainnya”. Setiap kali sempai pada sumur lainnya Bisyr al-Hafi berkata, “Sabarlah sampai ketemu sumur yang lain”. Lalu Bisyr al-Hafi berkata kepada murid-muridnya yang kehausan, “Beginilah cara melintasi dunia”. (Ibnul Jauzi, Syaid al-Khatir).

Anda harus berkata kepada diri anda, “Sungguh fajar pahala telah merekah dan malam cobaan telah berlalu, pengembara telah disanjung karena telah melewati kegelapan malam. Ketika matahari pahala telah terbit, ia tiba di tempat aman”. Demikian seperti yang tuturkan oleh Ibnul Jauzi Rahimahulloh.

Saudaraku aktifis Islam, hendaknya anda berkata senagaimana dikatakan Ibnul Jauzi Rahimahulloh ketika ia berdialog dengan Tuhannya,

Ya Allah, betapa beruntungnya aku dengan apa yang telah Engkau ambil dariku jika hasilnya adalah aku dapat berlindung kepada-Mu. Betapa besar perolehanku jika hasilnya adalah aku bisa berkholwat dengan-Mu. Betapa damainya aku jika engkau menjadikan diriku tidak butuh kepada makhluk. Ah… betapa aku menyesali waktu yang hilang tanpa diisi dengan pengabdian dan ketaatan kepada-Mu.

Ya Allah, dulu jika aku bangun di waktu subuh, tidurku semalam suntuk tidak menyakitkan-Mu. Jika waktu siang habis, aku tidak merasa sakit atas hilangnya siang itu. Aku tahu itu semua terjadi padaku disebabkan karena beratnya penyakit. Namun sekarang, saat angina kesembuhan telah bertiup, aku merasakan sakit dan mendambakan kesehatan. Ini sungguh merupakan nikmat yang agung. Sempurnakanlah ya Allah, kesembuhan untukku.” (Ibnul Jauzi)


Dikutip dari Buku Pesan-pesan Menggugah untuk Pengemban Dakwah 
(DR. Najih Ibrahim)

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive